PESONA WISATA PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG
Pura ini merupakan pura yang
paling dituakan oleh masyarakat Hindu. Hampir tiap hari ada masyarakat
Bali yang berdoa di pura ini. Apalagi di hari-hari libur,
berbondong-bondong masyarakat Bali berkunjung kesini. Puncaknya saat
piodalan (ulang tahun Pura) sekitar bulan Juli, ribuan Masyarakat Bali
membanjiri ke kawasan ini untuk berdoa dan menampilkan kesenian-kesenian
Bali
Konon, Pura Mandiri Giri Semeru Agung dikenal sebagai tempat sakral
dan dituakan kerajaan – kerajaan Hindu Bali. Meskipun baru dibangun
tahun 1986, keberadaanya menjadi perhatian umat Hindu dari berbagai
tempat, khususnya penganut Hindu Bali. Makanya, tidak heran kalau tempat
ini setiap tahunnya menyedot perhatian puluhan ribu orang yang datang
untuk melakukan upacara – upacara keagamaan dan sekaligus melakukan
kunjungan wisata ritual. Bangunan pura yang berada dilereng Gunung
Semeru terlihat sangat artistik yang dilengkapi dengan kisi – kisi
bangunan lainnya, seperti bale patok, bale gong, gedong simpen, bale
kulkul, pendopo dan masih banyak yang lainya.
Ketika dibangun, Pura Mandara Giri bermula hanya berada diatas tanah
pekarangan seluas 20 x 60 meter. Setelah 3 tahun kemudian, areal tanah
berkembang menjadi dua hektar. Sehingga, bangunan pura yang semula
nampak sederhana, kini, sudah berkembang megah. Menjaga senyawa
bangunan, dan fungsinya, pura ini tak pernah sepi dari aktifitas
keagamaan. Bermula dari upacara Pamlaspas Alit dan Mapulang Dasar Sarwa
Sekar yang digelar pada Minggu manis, Wuku Menail, 8 Maret 1992, Pura
ini mulai menjadi saksi digelarnya beberapa upacara suci.
Keadaan inilah yang menjadikan PuraMandagiri Semeru Agung, kini terus
dipadati kegiatan keagamaan. Bahkan, pada hari – hari istimewa, pura
ini bisa I mendatangkan pengunjung hingga 10 ribu lebih. Selain
bertujuan untuk persembayangan, yang lainnya datang hanya untuk melihat
prosesinya saja. Sangking melubernya pegunjung, mereka harus kesulitan
mendapatkan penginapan. Rumah – rumah penduduk sekitar Pura, telah
menyediakan jasa penginapan, selain hotel – hotel yang < ada di
Lumajang, selalu penuh dengan tamu – tamunya. Teristimewa, puncak
kunjungan wisata ini terjadi saat peringatan hari ulang tahun Pura yang 1
hampir satu bulan penuh, dipadati dengan berbagai kegiatan keagamaan.
Terkait dengan hari jadi Pura, tenti tidak terlepas dari sejarah pendiriannya.1 Masyarakat
Hindu di Kecamatan Senduroj Lumajang, sejak tahun 1970 sudah ada
gagasan untuk mendirikan Pura. Dengan modal semangat dan dukungan
bersama, umat bersama para tokoh mempersiapkan semuanya. Terutama pada
saat upacara Memendak Tirtha dan Mjejauman ke Gunung Semeru, digelar
pada setiap tahun dalam bulan Juli yang selalu menampilkan tari-tarian
daerah Bali. Yang pasti, Pura Mandagiri Semeru Agung, kini juga
ditetapkan sebagai obyek Wisata Ritual (Keagamaan) yang dilakukan oleh
Umat Hindu, terutama masyarakat Bali yang datang melakukan Berada di
Kecamatan Senduro, letaknya sekitar 25 Km ke arah barat dari Kota
Lumajang.
Untuk sampai ke lokasi Pura, dijangkau dengan mudah, karena akses
jalannya sudah cukup baik. Bahkan, mampu mengakomodir rombongan puluhan
Bus dari Bali yang datang untuk melakukan peribadatan. Hindu akhirnya
berhasil mewujudkan gagasannya untuk mendirikan Pura ini, meskipun
diawal hanya bangunan yang sederhana. Beberapa tokoh Hindu di Bali
menyambut baik gagasan ini. Karena, umat Hindu Bali pernah mengadakan
nuur tirta (pengambilan air suci) di Patirtaan Watu Kelosot, kaki Gunung
Semeru, lalu dibawa ke Bali.
Prosesi ini menjadi bagian dari upacara agung karya „Ekadasa Rudra di
Pura Agung Besakih, Bali, Maret 1963. Prosesi yang sama juga diulang
pada tahun 1979. Eksistensi mata air suci Watu Kelosot pun makin kukuh.
Sehingga, saat kebutuhan pura di Lumajang mulai berkembang i menjadi
wacana, dukungan pun mulai i berdatangan. tu Perjalanan yang panjang atas pendirian pura ini kemudian menjadi r0 alasan, mengapa hari jadi pura Mandara Giri Agung Semeru perlu dirayakan secara khusus.
Pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang
Written By Udhatul Arifin on Kamis, 20 Maret 2014 | 06.27
Blog, Updated at: 06.27
0 komentar:
Posting Komentar